Sesuai dengan judul, saya akan berbicara kisah saya saat saya SD. Tak perlu memperpanjang kalam, mari kita mulai.
Mungkin kebanyakan anak-anak SD mereka bermain dengan seumuran dan mempunyai banyak mainan. But not with me, ya karena saat saya SD saya membantu orang tua saya berdagang, mungkin tidak terlalu berat hanya melayani anak-anak yang seumuran dengan saya jajan ke warung orang tua saya. tapi mulai dari situ lah saya menjadi seperti sekarang.
Oh iya saya sudah punya adik dari sebelum saya SD dan saat adik saya masih di dalam kandungan ibu saya, saya mengharapkan bahwa itu perempuan agar saya mempunyai teman bermain yang dimana kebetulan saat itu anak-anak perempuan di sekitaran rumah saya jarang hanya ada beberapa. Namun ternyata tidak sesuai dengan keinginan saya, ternyata adik saya laki-laki, yaaa saya sedikit menyesal namun mau bagaimana pun ia tetap adik saya. Dan saya menjadi anak perempuan satu-satunya. (Fyi, saya juga punya abang).
Back to the topic, tidak ada yang spesial saat masa SD saya tapi saya akan tetap bercerita karena dari sana membuat saya menjadi pribadi yang seperti ini. Saya bukan seorang introvert ataupun sebaliknya tapi saya bisa menyeimbangkan keduanya. Di Sekolah Dasar saya tetap bermain dengan kawan-kawan dan saya yang masih polos itu sangat percaya akan 'sahabat sejati'. Sampai satu saat saya tidak mempercayainya lagi dan yang membuat saya mempunyai banyak kawan tapi merasa tak pernah ada yang dekat dengan saya sebagai sahabat.
Hal yang begitu menyesekkan buat saya, anak polos yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar mengalami hal menyakitkan. Saat itu saya menganggap bahwa kawan saya ini sahabat saya karena kita memang begitu dekat hingga saat kita berada di kelas 6 dan seolah merasa sudah remaja bahkan dewasa. Kawan ku ini, sebut saja namanya 's' dia pacaran dengan salah seorang yang berada di kelas saya, sebut saja namanya 'a'. Dan kebetulan mereka berdua sahabat saya.
Awalnya mereka begitu saling membenci namun saya sebagai sahabat tidak suka melihat mereka yang terus bertengkar, saat 's' bermain dengan saya tidak ada 'a' dan begitu pun sebaliknya. sampai pada mereka saling bermaafan dan membuat saya sangat bahagia, bisa berkawan dengan mereka tanpa ada yang menghilang. Namun sayang, masa itu hanya sebentar, mereka berpacaran. mereka janji terhadap saya tidak akan meninggalkan saya dan saya percaya itu.
Hingga di satu masa, mereka berpacaran sudah melebihi batas (menurut saya), dengan bodohnya saya menceritakan ketidaksukaan mereka berpacaran kepada salah satu kawan saya di kelas, sebut saja 't'. Tentu saja 't' membocorkannya kepada kedua sahabat saya. Dan yang mengejutkan 'a' bilang ke 't' bahwa saya tidak menyukai mereka dari awal. Kenapa bisa seperti itu? Baik akan saya jelaskan perlahan-lahan.
Menurut mereka saya berlebihan dalam menghadapi mereka berdua. Entah benar atau tidak, saya tidak membenarkan. Dan ketika mereka berpacaran, mereka menganggap saya banyak ngatur. Jadi dimata mereka seolah saya yang salah. Mungkin jika permasalahannya sampai situ, akan tidak masalah. Tapi hal yang lebih buat saya sakit adalah, ketika mereka mengatakan bahwa mereka tidak menyukai saya. Jadi buat apa selama ini mereka selalu bercerita ke saya? Mulai dari situ saya tidak lagi mempercayai 'sahabat sejati'.
Karena saat itu sudah kelas akhir, saya lebih memfokuskan untuk Ujian Nasional. Saya les setiap hari demi bisa masuk SMP negeri. Dan karena kesungguhan saya saat itu, saya diterima di SMP negeri.
Sampai sini dulu cerita hidup saya, saya pribadi pamit, sampai bertemu dicerita selanjutnya.